Situs Fomototo: Ketika Rakyat Lebih Percaya Scatter daripada Janji Kampanye
Situs Fomototo: Ketika Rakyat Lebih Percaya Scatter daripada Janji Kampanye
Blog Article
Setiap lima tahun sekali, rakyat diminta memilih.
Janji ditebar: harga murah, kerja mudah, hidup berkah.
Foto tersenyum terpampang di baliho,
kaus dibagikan, nasi bungkus disebar.
Semua demi satu hal: suara.
Tapi setelah suara diberikan?
-
Jalan tetap berlubang
-
Harga tetap naik
-
Layanan publik tetap lamban
Di saat rakyat mulai sadar bahwa pilihan mereka tak mengubah apa-apa,
muncullah satu situs yang tidak berjanji, tidak kampanye, dan tidak memasang baliho —
tapi justru memberi hasil secara langsung:
Data: Kepercayaan Politik Menurun, Kepercayaan pada Peluang Alternatif Naik
Menurut survei Opini Rakyat Digital (2024):
-
Hanya 22% responden usia 21–35 percaya bahwa suara mereka berdampak nyata setelah pemilu
-
68% mengaku apatis terhadap politik tapi tetap “ikut memilih karena takut golput”
-
Namun, penggunaan situs Fomototo melonjak signifikan selama musim kampanye, terutama di malam hari setelah debat calon pemimpin disiarkan
Karena di tengah janji kosong yang disusun rapi,
rakyat butuh sesuatu yang langsung terasa meski kecil: peluang.
Situs Fomototo vs Sistem Demokrasi Formal
Aspek | Demokrasi Formal | Situs Fomototo |
---|---|---|
Janji | Banyak, manis, tapi tertunda | Tidak janji, tapi langsung hasil |
Waktu Tunggu | 5 tahun sekali | Sekarang, detik ini juga |
Harapan | Dijaga sampai kecewa | Diuji sampai ikhlas |
Kontrol | Setelah memilih, pasrah | Setelah login, masih bisa pilih |
Mengapa Situs Fomototo Terasa Lebih Adil?
Karena ia tidak menuntut kesetiaan.
Tidak bertanya partai apa yang kamu dukung.
Tidak menyeleksi berdasarkan wilayah, kelas sosial, atau koneksi.
Yang ia berikan adalah kesetaraan mutlak:
semua orang punya peluang — kecil, tapi jujur.
Dan kadang, itu lebih berharga daripada janji pemimpin tentang “kemakmuran untuk semua”.
Kesimpulan: Situs Fomototo, Simbol Demokrasi Rakyat dalam Dunia Digital
Situs Fomototo bukan partai politik.
Tidak ikut pemilu.
Tidak menyebar brosur.
Tapi ia memberikan apa yang seharusnya diberikan oleh sistem demokrasi sejati:
transparansi, hasil yang nyata, dan rasa bahwa setiap individu dihitung.
Maka ketika baliho-baliho mulai dipasang,
dan janji kembali diulang,
jangan heran jika rakyat lebih memilih:
Report this pageLogin ke situs Fomototo —
tempat di mana harapan itu tidak digantung lima tahun.